Mengenang Chairil September 2010
Aku! penyair gembel itu berpikir
Merdeka bersyair di negeri dimana kemerdekaan keramat
Menghitung menjalankan hak adalah cara dia berzikir
Aku! dia wujudkan diri, cinta kebebasan sebagai semangat.
Bangkit bersatu-arah, semangat merdeka bikin api menyala,
Berjuang, melawan, berbicara, perbedaan visi bertarung,
Pidato, syair, lagu. novel dan slogan – kemerdekaan tidak kalah,
Bangsa baru cipta budaya baru – tak ternilai sebagai harta karun.
Semangat merdeka dikubur dalam-dalam bersama sejuta mayat
Kesunyian muram muncul penuh sejuta penghafalan bohong
Aku! dia teriak panik di tengah-tengah khaos mantra dan ayat,
Kita! dia menangis mencari bangsanya berkemerdekaan yang bolong.
Bung Karno! dia pernah bersyair
Mata yang tutup abadipun keluarkan air.
Merdeka atau Mati! demi bebas beribadah berbicara
Senjata dan pedang – bangsa sekarang punya cara.
Bukan hanya penyair mati muda
Kemerdekaan dibunuh oleh penguasa penghafal punya ludah
Satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air! Aku! Kita!
Percuma semua, kalau kemerdekaan oleh kehafalan disita.
(Melbourne, September, 2010)